Dari Masa ke Masa
Bagiku, Menulis menjadikan rasa, ide, gagasan, pengalaman, menjadi sebuah artefak. Sebagai tongkat yang kujadikan pegangan di kala diri terlalu lemah untuk mengakui sebuah kesalahan, Terlalu takut untuk mengungkapkan sebuah harapan dan cinta, Terlalu arogan untuk berdamai dengan diri sendiri. Menulis mengajariku cara melihat sebuah luka dari masa ke masa. Yang menunjukkan bahwa luka yang teramat pedih pun kelak bisa kita lihat dengan senyuman. Menulis adalah simbol nurani ketika mulut sangat sulit mengungkapkan isi hati. Ketika banyak dari mereka tidak memahami, enggan mengerti. Ketika banyak orang lebih memilih untuk pergi, menulis mengantarkanku berbincang satu arah kepada Tuhan. Sahabat setia yang selalu siap memberikan kertas terbaiknya demi menampung setiap kisah, selalu mendengar tanpa pernah tau maksud menghakimi. Ia melukiskan cerita, menyimpan rahasia, memupuk sejarah, dan membawa penulisnya berani untuk menciptakan mimpi mimpi besar. Dan kini, ...