Dari Masa ke Masa
Menulis menjadikan rasa, ide, gagasan,
pengalaman, menjadi sebuah artefak.
Sebagai tongkat yang kujadikan
pegangan di kala diri terlalu lemah untuk mengakui sebuah kesalahan,
Terlalu takut untuk mengungkapkan
sebuah harapan dan cinta,
Terlalu arogan untuk berdamai
dengan diri sendiri.
Menulis mengajariku cara melihat sebuah
luka dari masa ke masa.
Yang menunjukkan bahwa luka yang
teramat pedih pun kelak bisa kita lihat dengan senyuman.
Menulis adalah simbol nurani
ketika mulut sangat sulit mengungkapkan isi hati.
Ketika banyak dari mereka tidak
memahami, enggan mengerti.
Ketika banyak orang lebih memilih
untuk pergi, menulis mengantarkanku berbincang satu arah kepada Tuhan.
Sahabat setia yang selalu siap
memberikan kertas terbaiknya demi menampung setiap kisah, selalu mendengar
tanpa pernah tau maksud menghakimi.
Ia melukiskan cerita, menyimpan
rahasia, memupuk sejarah, dan membawa penulisnya berani untuk menciptakan mimpi
mimpi besar.
Dan kini, pada suatu hari dimana aku tak lagi muda, merasa muda tetap menjadi suatu pilihan.
Masa muda tidak harus diartikan
sebagai masa kegalauan dan cinta-cintaan.
Masa muda adalah masa dimana
kebodohan menjadi hal tak ternilai di mata banyak orang.
Merasa muda bukan dalam arti nyaman
dengan kemalasan, bangga menjadi bodoh, enggan untuk bekerja keras, atau takut
menghadapi fase berkeluarga nantinya.
Merasa muda selalu mampu
membuatku berlari kencang menerjang apapun tanpa pernah pikir panjang.
Melakukan apapun tanpa takut
dicemooh, mencoba hal-hal baru tanpa khawatir orang lain tidak menyukai,
melakukan hal-hal berbahaya tanpa takut konsekuensi.
Sebelas dua belas dengan teledor.
Namun yang selalu menjadi
keyakinan, bahwa setiap mimpi yang kita layangkan ke ujung langit harus mampu
kita peluk. Sejauh apapun mimpi itu berada.
Dan tulisan-tulisan pada blog
ini, akan menjadi warna untuk melihat segalanya dari masa ke masa.
Semua hal yang nampak mengerikan,
akan nampak menggelikan pada waktunya.
Semua hal yang nampak keren, akan
alay pada waktunya.
Dan semua hal yang menjadi
kebanggaan, akan nampak biasa pada waktunya.
Pada akhirnya, menulis akan
selalu menjadi kawan yang baik di saat sedang baik-baiknya, atau sebaliknya.

Comments
Post a Comment